Jumat, 28 September 2012

tugas




Dengarkan aku
Kadang kau berlari, aku mengejar
Kadang aku terhenti, kau menunggu
Semua cerita kita lalui, tapi tiba saatnya untuk terhenti
Namun nanti pasti kita dapati saat untuk berlari lagi….

                                “Kapan nih kita main lagi, di rumah ku ada game terbaru loh!” kata Naruto sembari menyeruput jus jambu kesukaannya.
                                “ nggak tahu nih, kita kan  lagi banyak tugas!” kata Himawari
                                “urusan tugaskan bisa nanti, yang penting kita main game dulu, nah setelah pikiran kita segar baru kita bikin tugas!” usul Naruto
                                “tapi gimana nanti kalau kita sudah main game dan lupa waktu, ingat kebiasaan main game kita itu satu hari penuh lalu kapan kita mengerjakan tugasnya!” Nobita ikut berpendapat.
                                “ayolah, toh hanya tugas makalah kebudayaan saja, tinggal buka internet lalu copypaste deh. Selesai semua masalah, iya nggak Sinchan, semudah kau ngerjain orang lain kan!”
                                Nobita dan Himawari terdiam memikirkan usul Naruto, sedangkan aku hanya tertunduk sambil mengaduk-aduk bakso yang belum ku makan.
                                “Naruto, kenapa kebiasaan menggampangkan sesuatu itu selalu muncul disaat yang salah, mungkin bagi kamu tugas itu tidak penting, tapi kenapa kamu tidak pernah berpikir bahwa mungkin bagi orang lain itu penting!” kataku  dengan nada tidak suka, lalu aku  berdiri, menatap penuh ketidak sukaan pada Naruto lalu pergi meninggalkan ketiga Sahabatku yang kebingungan.
                Aku sungguh tidak suka ketika mendengar Naruto meremehkan sesuatu. Aku menerima beasiswa dari sekolah dan tentu saja tugas makalah itu penting bagi ku tapi kenapa sahabat ku sendiri malah seperti itu.
                Sejak kejadian dikantin siang itu, aku memutuskan untuk menjauh dari Naruto, hampir seminggu aku tidak berbicara dengannya, padahal dulu kami sangat dekat. Aku ingin memberinya pelajaran bahwa tidak semua orang mempunyai pikiran yang sama seperti dirinya. Nobita dan Himawari juga sudah berkali-kali menanyakan tentang masalah ku dan Naruto, tapi aku diam saja. Aku mengerjakan semuanya sendiri, kekantin sendiri bahkan aku pindah tempat duduk hanya untuk menghindari Naruto. Namun tanpa sadar aku juga merindukan mereka.
                Aku berjalan di bawah sinar matahari yang menyengat, Himawari terus meminta untuk bertemu denganku tapi aku menghiraukannya. Setelah bel pulang sekolah berbunyi aku langsung pergi ke kantin. Sesampainya di kantin ternyata sudah ada Naruto, Nobita dan Himawari.
                                “sebenarnya kita di sini untuk menyelesaikan masalah, Sinchan tolong jujur ada apa sebenarnya?” Tanya Himawari
                                Aku diam saja, namun aku menyadari tatapan naruto  kepadaku.
                                “Sinchan, mungkin sejak dulu harusnya aku minta maaf karena sifat buruk ku sering melukai hatimu, tapi sungguh aku tak pernah berniat menyakiti siapa pun, apalagi sahabatku sendiri!”
                                “mungkin kau marah karena masalah makalah, kami  baru tahu dari ibu Sisca tadi pagi!”
                                “Sinchan, bukankah kamu sering mengatakan dalam persahabatan hanya perlu pengertian,  jika dia bicara maka kita mendengarkan, dan  jika kita bicara maka buatlah dia mendengarkan. Maaf karena dulu aku tidak mendengarkan mu. Aku menyadari semuanya kesalahan ku!” kata-kata Naruto membuatku terhenyak.
                Aku hanya menunduk, menyadari kesalahan ku sendiri.”Aku juga sudah menyadari semuanya, aku terlalu egois dengan pendapatku, mungkin aku hanya perlu membuat kalian mendengarkankan ku tapi sikapku kemarin terlalu berlebihan, maafkan aku!”
                                “Nah bukankah seharusnya sahabat memang seperti ini, senang melihat kita kembali”  kami semua tertawa merasakan suasana persahabatan  kembali.


               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar