Kadang kau berlari, aku mengejar
Kadang aku terhenti, kau menunggu
Semua cerita kita lalui, tapi tiba
saatnya untuk terhenti
Namun nanti pasti kita dapati saat
untuk berlari lagi….
“Kapan
nih kita main lagi, di rumah ku ada game terbaru loh!” kata Naruto sembari
menyeruput jus jambu kesukaannya.
“
nggak tahu nih, kita kan lagi banyak
tugas!” kata Himawari
“urusan
tugaskan bisa nanti, yang penting kita main game dulu, nah setelah pikiran kita
segar baru kita bikin tugas!” usul
Naruto
“tapi
gimana nanti kalau kita sudah main game dan lupa waktu, ingat kebiasaan main
game kita itu satu hari penuh lalu kapan kita mengerjakan tugasnya!” Nobita
ikut berpendapat.
“ayolah,
toh hanya tugas makalah kebudayaan saja, tinggal buka internet lalu copypaste
deh. Selesai semua masalah, iya nggak Sinchan, semudah kau ngerjain orang lain
kan!”
Nobita
dan Himawari terdiam memikirkan usul Naruto, sedangkan aku hanya tertunduk
sambil mengaduk-aduk bakso yang belum ku makan.
“Naruto,
kenapa kebiasaan menggampangkan sesuatu itu selalu muncul disaat yang salah,
mungkin bagi kamu tugas itu tidak penting, tapi kenapa kamu tidak pernah
berpikir bahwa mungkin bagi orang lain itu penting!” kataku dengan nada tidak suka, lalu aku berdiri, menatap penuh ketidak sukaan pada
Naruto lalu pergi meninggalkan ketiga Sahabatku yang kebingungan.
Aku
sungguh tidak suka ketika mendengar Naruto meremehkan sesuatu. Aku menerima beasiswa
dari sekolah dan tentu saja tugas makalah itu penting bagi ku tapi kenapa sahabat
ku sendiri malah seperti itu.
Sejak
kejadian dikantin siang itu, aku memutuskan untuk menjauh dari Naruto, hampir
seminggu aku tidak berbicara dengannya, padahal dulu kami sangat dekat. Aku
ingin memberinya pelajaran bahwa tidak semua orang mempunyai pikiran yang sama
seperti dirinya. Nobita dan Himawari juga sudah berkali-kali menanyakan tentang
masalah ku dan Naruto, tapi aku diam saja. Aku mengerjakan semuanya sendiri,
kekantin sendiri bahkan aku pindah tempat duduk hanya untuk menghindari Naruto.
Namun tanpa sadar aku juga merindukan mereka.
Aku
berjalan di bawah sinar matahari yang menyengat, Himawari terus meminta untuk
bertemu denganku tapi aku menghiraukannya. Setelah bel pulang sekolah berbunyi
aku langsung pergi ke kantin. Sesampainya di kantin ternyata sudah ada Naruto,
Nobita dan Himawari.
“sebenarnya
kita di sini untuk menyelesaikan masalah, Sinchan tolong jujur ada apa
sebenarnya?” Tanya Himawari
Aku
diam saja, namun aku menyadari tatapan naruto
kepadaku.
“Sinchan,
mungkin sejak dulu harusnya aku minta maaf karena sifat buruk ku sering melukai
hatimu, tapi sungguh aku tak pernah berniat menyakiti siapa pun, apalagi
sahabatku sendiri!”
“mungkin
kau marah karena masalah makalah, kami
baru tahu dari ibu Sisca tadi pagi!”
“Sinchan,
bukankah kamu sering mengatakan dalam persahabatan hanya perlu pengertian, jika dia bicara maka kita mendengarkan, dan jika kita bicara maka buatlah dia mendengarkan.
Maaf karena dulu aku tidak mendengarkan mu. Aku menyadari semuanya kesalahan
ku!” kata-kata Naruto membuatku terhenyak.
Aku
hanya menunduk, menyadari kesalahan ku sendiri.”Aku juga sudah menyadari
semuanya, aku terlalu egois dengan pendapatku, mungkin aku hanya perlu membuat
kalian mendengarkankan ku tapi sikapku kemarin terlalu berlebihan, maafkan
aku!”
“Nah
bukankah seharusnya sahabat memang seperti ini, senang melihat kita kembali” kami semua tertawa merasakan suasana
persahabatan kembali.